13 September 2010

Delapan Tewas dalam Sehari

MOSKWA, KOMPAS.com - Sejumlah orang bersenjata menembak mati seorang aparat keamanan senior di Republik Dagestan di wilayah Kaukasus Utara Rusia, Minggu (12/9/2010), sementara polisi membunuh sedikitnya tujuh gerilyawan, kata sejumlah kantor berita.

Korban-korban terakhir itu berjatuhan tiga hari setelah ledakan menewaskan sedikitnya 16 orang di sebuah pasar di daerah berdekatan, Ossetia Utara.

Gapal Gadzhiyev, kepala pemberantasan ekstrimisme kepolisian Distrik Federal Kaukasus Utara, tewas ditembak di dalam mobilnya ketika ia sedang menuju tempat kerjanya di Makhachkala, ibukota Dagestan, kata kantor-kantor berita.

ITAR-TASS mengutip satu sumber kepolisian yang mengatakan, tujuh militan yang bersembunyi di dalam sebuah rumah di Makhachkala tewas selama operasi keamanan.

Sementara itu kantor berita pemerintah RIA mengatakan, lebih dari delapan militan mungkin tewas. "Operasi khusus itu masih terus berlangsung. Menurut informasi awal, jumlah pemberontak yang tewas mungkin lebih dari delapan," kata RIA mengutip sumber penegak hukum di Dagestan.

Satu sumber kepolisian di Moskwa menolak berkomentar mengenai laporan itu ketika dihubungi Reuters melalui telepon.

Ledakan Kamis di Vladikavkaz, ibu kota Ossetia Utara, juga melukai lebih dari 100 orang.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan Muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas Muslim

Pada 29 April, serangan bom mobil bunuh diri menewaskan dua polisi dan melukai tujuh orang di wilayah Kaukasus Utara Rusia itu, kata seorang juru bicara kepolisian provinsi Dagestan.

Pelaku meledakkan bom setelah polisi menghentikan mobilnya di sebuah pos pemeriksaan sekitar 100 kilometer sebelah utara ibukota Dagestan, Makhachkala.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, tempat Rusia menghadapi kekerasan Muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas Muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan bom itu terjadi sebulan setelah dua pengeboman yang dilakukan wanita-wanita penyerang bunuh diri dari Dagestan menewaskan 40 orang di metro Moskwa pada 29 Maret, yang meningkatkan kekhawatiran mengenai gelombang serangan baru di wilayah Rusia itu oleh gerilyawan yang berpangkalan di Kaukasus.

Pengeboman Moskwa itu disusul dengan sejumlah serangan mematikan di Kaukasus Utara, termasuk dua ledakan bom bunuh diri yang menewaskan 12 orang, sebagian besar polisi, di Dagestan pada 31 Maret.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Soviet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.