13 Januari 2011

Alasan Mengapa Swedia Menjadi Tempat Yang Terbaik Untuk Kaum Wanita

Jika Anda ingin merasakan sebuah kehidupan yang bahagia, lebih sehat dan setara, pertimbangkan untuk pindah ke Swedia. Negara di laut Atlantik ini menempati urutan teratas sebagai tempat hidup paling ramah bagi wanita.

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan di Swedia, wanita benar-benar dapat berkembang seperti pria. Bangsa Skandinavia ini sangat memperhatikan kesejahteraan, kesetaraan gender, kekuasaan, kesehatan wanita dibandingkan negara lain. Amerika Serikat saja hanya menempati posisi ke-17, satu tingkat di atas Kosta Rika.

Negara berpenduduk 9 juta memiliki berbagai kebijakan ramah perempuan. Perjuangan kesetaraan gender sejak 1845 mengenai pewarisan properti, memformalkan cuti hamil sejak 1901, serta mengizinkan wanita menjadi kepala keluarga pada 1958.

Seperti dikutip dari Marie Claire, di Swedia, sejak kanak-kanak, anak laki-laki didorong untuk bermain dengan boneka, dan perempuan dengan mainan traktor. Kelas memasak, menjahit, dan tukang bangunan adalah keharusan bagi kedua jenis kelamin. Sebuah studi menyebut, pria Swedia melakukan pekerjaan rumah tangga rata-rata 24 jam per minggu, lebih panjang daripada pria di seluruh dunia.

Di Swedia, pasangan suami istri yang memiliki anak dapat mengajukan cuti selama 13 bulan dan tetap mendapat gaji. Sang ibu wajib mendapat cuti selama 60 hari, suami 60 hari dan sisanya dapat dibagi atau mereka pilih.

Semua pusat perbelanjaan di Swedia menyediakan toilet uniseks untuk meminimalkan dampak antrean di toilet wanita. Bahkan beberapa klub juga menyiapkan kamar mandi uniseks.

Plus, banyak perusahaan bahkan menciptakan inovasi-inovasi ramah wanita. Di negara inilah mobil ramah wanita pertama diciptakan. Mobil ini dikemas dengan fitur khusus wanita, kursi yang otomatis menyesuaikan diri dengan bentuk tubuh wanita, alur khusus di bagian kepala untuk rambut yang diikat, dan tempat beristirahat tumit pada pedal kaki.

Saat ini, pemerintah dan NGO sedang menggodok untuk melegalkan hubungan tanpa ikatan pernikahan untuk memiliki hak sama seperti pasangan menikah. Meski begitu, masih ada kesenjangan dalam gaji di antara dua gender. Wanita hanya menerima 83 persen dari gaji rata-rata pria.