11 April 2011

Holocaust - Bukti kekejaman Nazi [antara fakta, sejarah dan kontroversi]

Holocaust - Bukti kekejaman Nazi [antara fakta, sejarah dan kontroversi]
Kocim news - Kehidupan Kaum Yahudi di Eropa sebelum Holocaust

Ketika Nazi naik ke tampuk kekuasaan di Jerman pada tahun 1933, kaum Yahudi bermukim di tiap negara di Eropa. Total sekitar sembilan juta orang Yahudi bermukim di negara-negara yang akan diduduki Jerman selama Perang Dunia II. Pada akhir perang, dua dari setiap tiga orang Yahudi tersebut tewas, dan kehidupan kaum Yahudi Eropa berubah untuk selamanya.

Pada tahun 1933 komunitas terbesar Yahudi terkonsentrasi di timur Eropa, termasuk Polandia, Uni Soviet, Hungaria, dan Rumania. Banyak kaum Yahudi di timur Eropa bermukim di kota atau desa yang sebagian besar dihuni oleh orang Yahudi, yang disebut shtetl. Kaum Yahudi di timur Eropa menjalani kehidupan secara terpisah sebagai kaum minoritas di dalam budaya kaum mayoritas. Mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri, Yiddish, yang menggabungkan unsur-unsur dari bahasa Jerman dan Ibrani. Mereka membaca buku-buku berbahasa Yiddish, dan mendatangi teater dan bioskop yang memutar film berbahasa Yiddish. Kendati banyak kaum muda Yahudi di kota-kota besar yang mulai mengadopsi gaya hidup dan berpakaian modern, generasi tua kerap berpakaian tradisional; laki-laki mengenakan topi atau peci, dan perempuan menutupi rambut mereka dengan rambut palsu atau kain kepala.

Sebaliknya, di barat Eropa -- Jerman, Prancis, Italia, Belanda, dan Belgia -- proporsi kaum Yahudi dalam masyarakat jauh lebih kecil dan mereka cenderung mengadopsi budaya tetangga non-Yahudi mereka. Mereka berpakaian dan berbicara seperti kompatriot mereka, sedangkan praktik-praktik keagamaan tradisional dan budaya Yiddish memainkan peran yang kurang begitu penting dalam kehidupan mereka. Mereka cenderung lebih mengecap pendidikan formal daripada kaum Yahudi di timur Eropa dan bermukim di kota-kota besar maupun kecil.

Kaum Yahudi bisa dijumpai di segala lapisan masyarakat, baik sebagai petani, penjahit, buruh pabrik, akuntan, dokter, guru, dan pemilik usaha kecil. Beberapa di antaranya merupakan keluarga kaya; namun lebih banyak lagi yang miskin. Banyak anak yang berhenti sekolah lebih awal agar dapat bekerja dalam bidang kerajinan atau berdagang; namun, ada juga yang ingin melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi. Meskipun demikian, apa pun perbedaan mereka, mereka semuanya sama dalam satu hal: selama tahun 1930-an, dengan naiknya Nazi ke tampuk kekuasaan di Jerman, mereka semua berpotensi menjadi korban, dan hidup mereka berubah untuk selamanya.

Pelaksanaan genosida Holocaust ini, diciptakan oleh Adolf Hitler dengan cara, antara lain dengan tembakan, penyiksaan, gas beracun di kampung Yahudi dan Kamp2 konsentrasi.

Awal Kejadian Holocaust

Holocaust didasari kebencian Jerman terhadap Yahudi. Dan saat Jerman dengan Nazi - nya berkuasa, berbagai kebijakan muncul untuk menekan Yahudi. Misalnya, dengan memboikot segala sesuatu tentang Yahudi, dalam hal bisnis misalnya.

Pada tanggal 15 September 1935, keluarlah The Nuremberg Laws alias Hukum Nuremberg, memberikan keputusan tentang pencabutan hak Yahudi di Jerman. The Nuremberg Laws juga melarang perkimpoian dan hubungan sex antara Jerman dengan Yahudi.

Korban Holocaust

Selain dari kaum Yahudi sendiri, ada kelompok-kelompok lainnya yang tidak disukai dan turut menjadi korban Holocaust ini, antara lain adalah bangsa Polandia, Rusia, suku Slavia lainnya, penganut agama Katolik Roma, orang-orang cacat, orang cacat mental, homoseksual, Saksi-Saksi Yehuwa (Jehovah's Witnesses), orang komunis, suku Gipsi (Orang Rom dan Sinti) dan lawan-lawan politik.

Mereka juga ditangkap dan dibunuh. Jika turut menghitung kelompok-kelompok ini dan kaum Yahudi juga, maka jumlah korban Holocaust bisa mencapai 9-11 juta jiwa.

Penyiksaan Holocaust

Setelah awal Perang Dunia II, Nazi mulai memerintahkan semua orang Yahudi untuk hidup dalam tertentu, sangat spesifik, daerah kota-kota besar, yang disebut ghetto. Orang Yahudi dipaksa keluar dari rumah mereka dan pindah ke apartemen yang lebih kecil, sering berbagi dengan keluarga lain.

Beberapa dari ghetto utama terletak di kota-kota Bialystok, Kovno, Lodz, Minsk, Riga, Vilna, dan Warsawa. Ghetto terbesar berada di Warsawa, dengan populasi tertinggi mencapai 445.000 pada Maret 1941.

Kontroversi Tentang Holocaust

Namun, ternyata banyak juga yang meragukan tentang peristiwa Holocaust ini, alias menganggap bahwa holocaust adalah hoax. Pengingkaran holocaust atau holocaust denial adalah kepercayaan bahwa Holocaust tidak pernah terjadi, bahwa tidak pernah ada rencana terpusat untuk memusnahkan bangsa Yahudi; atau bahwa tidak ada pembunuhan masal di kamp-kamp konsentrasi.

Beberapa penentangan tentang Holocaust itu sendiri, misalnya, pada 1964, Paul Rassinier, korban holocaust yang selamat, menerbitkan The Drama of European Jews yang mempertanyakan apa yang diyakini dari Holocaust selama ini. Dalam bukunya, ia mengklaim bahwa sebenarnya tak ada kebijakan pemusnahan massal oleh Nazi terhadap Yahudi, jumlah korban tidak sebesar itu, dan tidak ada kamar gas.

Kamar gas memang ditemukan di Auschwitz. Namun, para revisionis mengklaim bahwa kamar gas beserta Zyklon-B tidak mungkin digunakan untuk eksekusi manusia, melainkan untuk pengasapan pakaian agar bakteri-bakteri di pakaian mati. Dari prosedur kesehatan inilah, mitos pembunuhan dengan kamar gas muncul.


Arthur Butz mengklaim bahwa gas Zyklon-B tidak digunakan untuk membunuh orang tapi untuk proses penghilangan bakteri pada pakaian dalam buku yang ditulisnya, The Hoax of the 20th Century: The case against the presumed extermination of European Jewry pada 1976.

Dari kalangan ilmuwan barat sendiri ada beberapa yang menyangkal adanya Holocaust, di antaranya: Pengarang Perancis Roger Garaudy, Professor Robert Maurisson, Ernst Zundel, David Irving, dll.

Tetapi hampir semuanya dinyatakan bersalah dan dijebloskan kedalam penjara termasuk Pada 15 Feb 2007, Ernst Zundel seorang Holocaust denier dihukum 5 tahun penjara. Seorang pengacaranya, Herbert Schaller, menghujah bahwa semua bukti tentang adanya Holocaust hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya saja, bukan berdasarkan fakta-fakta yang jelas. Ernst Zundel ini juga pernah ditahan pada tahun 1985, dan 1988 dalam kasus yang sama.

[via - kaskus]