Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kehidupan mahasiswa pada saat ini yang kompleks. Banyaknya mahasiswa yang mengakses layanan cybersex (seks dunia maya) di internet. Apalagi muncul cara baru mahasiswa dalam menikmati seks, yaitu melalui live chat sex. Merupakan suatu fasilitas untuk mahasiswa berhubungan seks yang aman dengan lawan jenis dan sesama jenis melalui dunia maya. Mahasiswa melakukan suatu imajinasi, yang dapat mempunyai efek yang tidak baik untuk mahasiswa tersebut, karena dapat terjadinya suatu penyimpangan seksual, apabila tidak dapat mengontrol dirinya dan menyaringnya.
Ada lima kategori motif yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu oleh Katz, Gurevitch dan Haas, teori ini merupakan perkembangan dari teori motif Blumler, dikategorisasikan sebagai cognitive nedds, affective needs, personal integrative needs, social integrative needs, dan escapist needs. Motif timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain bahwa motif merupakan ciri dari kebutuhan.
Dalam penelitian ini peneliti menggali bagaimana sesungguhnya motif mahasiswa mengakses layanan cybersex terutama dalam penggunaan fasilitas live chat sex di internet. Dengan mengambil informan mahasiswa dengan batasan usia 18-23 tahun. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Mahasiswa tersebut adalah Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jatim yang pernah atau bahkan sering mengakses layanan cybersex, terutama pada penggunaan fasilitas live chat sex di Internet.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tertentu. Untuk menentukan informan kunci dalam penelitian ini menggunakan pertimbangan snowball sampling (berkembang mengikuti informasi atau data yang diperlukan). Metode pengumpulan datanya, peneliti melakukan observasi dan dept interview kepada informan mahasiswa. Peneliti mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya dan sedetail-detailnya guna mendapatkan informasi yang diharapkan.
Dari penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa, Mayoritas faktor mahasiswa yang melakukan cybersex (live chat sex) tersebut, adalah (cognitive needs), yaitu kebutuhan mahasiswa terhadap pengetahuan tentang alternatif seks yang baru, yaitu seks dunia maya (live chat sex) yang tinggi, serta segala sesuatu yang menyangkut bagaimana untuk melakukan live chat sex tersebut.
Mahasiswa membutuhkan atau menyukai sesuatu inovasi terbaru tentang sesuatu, yang menarik baginya. Setelah mereka mencoba mereka menjadi ketagihan dan kecanduan. Sehingga, muncul adanya motif personal integratif (personal integrative needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan status individual, disebabkan karena adanya hasrat akan harga diri. Hasrat dimana mahasiswa tersebut mencari ketenangan hati, dan mencari sesuatu yang membuatnya merasa percaya diri dan berarti di lingkungan sosialnya pada saat dia melakukan live chat sex.
Sebagai mahasiswa yang cukup eksis dan pergaulannya juga cukup luas, mereka ternyata membutuhkan untuk berhubungan seks. Keinginan karena adanya nafsu seksual dari mahasiswa, yang salah satunya menyebabkan mahasiswa memasuki seks dunia maya tersebut, memilih melakukan berhubungan seks yang aman, daripada di dunia nyata, yang penuh dengan resiko. Namun, mahasiswa melakukan ini juga disertai oleh motif pelepasan (Escapist needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman yang di alami di waktu mahasiswa tersebut menggunakan layanan cybersex (Live Chat Sex). Live chat sex dijadikan sebagai sarana untuk melepaskan diri dari stres dan sebagai hiburan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa seks selalu tetap dibutuhkan bagi siapapun juga, termasuk mahasiswa. Live chat sex ini merupakan suatu cara berhubungan seksual yang aman, bagi para mahasiswa tersebut. Internet sebagai media komunikasi massa yang dapat banyak menyajikan berbagai layanan cybersex terutama fasilitas live chat sex yang dibutuhkan oleh mahasiswa sehingga nafsu seksual mereka dapat dilepaskan melalui dunia maya ini.