04 Februari 2012

Angelina Sondakh Tersangka Kasus Suap Wisma Atlet

Angelina Sondakh Tersangka Kasus Suap Wisma AtletAngelina Sondakh yang akrab dipanggil Angie kini kembali tersiar di publik dengan status sebagai tersangka dalam kasus suap proyek Wisma Atlet di Jakabaring, Sumatera Selatan terhitung sejak Jumat (3/2/2012). Dulunya, anggota Komisi Pemuda dan Olahraga DPR RI Fraksi Demokrat itu sama sekali tak terdengar namanya dalam aksi "tilep uang" para anggota DPR RI di Senayan. Ia justru aktif di dalam kegiatan-kegiatan sosial dan menjadi duta untuk perlindungan satwa langka, orangutan.

Awal mimpi buruk bagi sang Putri Indonesia 2001 tersebut dimulai ketika rekannya Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin menguak satu demi satu rahasia partainya. Ini dilakukan Nazaruddin saat ia telah menjadi tersangka kasus suap Wisma Atlet itu. Dari Singapura saat pelariannya, 16 Juni 2011 lalu, Nazaruddin memberikan kejutan pertamanya pada Demokrat dan publik dengan menyerukan nama Angie bersama I Wayan Koster dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan Mirwan Amir bermain dalam pusaran proyek tersebut. Ketiganya dituduh turut menikmati sebagian dana dari total proyek Wisma Atlet senilai Rp 191 miliar.

Pesan-pesan serupa juga terus dilancarkan Nazaruddin melalui BlackBerry Messenger kepada wartawan. Angie disebutnya menerima dana senilai Rp 9 miliar dari proyek itu. Alih-alih mengakui tudingan itu, Angie membantah Nazaruddin habis-habisan. Tak hanya Angie, para koleganya di Demokrat pun membantu menutupi dan membantah aib itu.

"Baik Nazar maupun Rosa tidak pernah bicara ke saya tentang Wisma Atlet. Bicara ke saya aja tidak pernah, apalagi saya minta, atau menerima. Ajaib banget gitu," bantah Angie. Kalimat hampir serupa sejak tahun lalu sering diucapkan Angie ketika ia dituding Nazaruddin.

Angie dan Cerita tentang Apel

Angelina Sondakh, lulusan dari Unika Atmajaya Jakarta, Fakultas Ekonomi Pemasaran ini tak dapat mengelak dari bom waktu kasus Suap Wisma Atlet tersebut. Setelah Nazaruddin tertangkap dan duduk di kursi panas sidang pengadilan Tindak Pidana Korupsi, nama Angelina berkali-kali didengungkan. Salah satu yang menarik perhatian publik adalah istilah-istilah khusus yang diciptakan Angie saat melakukan transaksi keuangan dengan orang kepercayaan Nazaruddin, Mindo Rosalina Manullang. Beberapa di antaranya istilah "apel malang", "apel washington", "semangka", hingga "pelumas". Semuanya memiliki arti sendiri.

Menurut Rosa, istilah "apel malang" berarti "uang rupiah", "apel washington" berarti "dollar AS", "pelumas" berarti "uang", demikian juga dengan arti "semangka" yang menunjukkan "permintaan dana". Ini diungkapkan Rosa saat bersaksi untuk Nazaruddin, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (16/1/2012) lalu.

Menurut aktivis Indonesia Corruption Watch, Donald Fariz, Angelina boleh saja membantah tak terlibat kasus itu. Namun, Komisi Pemberantasan Korupsi, menurutnya, sudah cukup menjadikan keterangan Rosa sebagai ujung tombak untuk meruntuhkan alibi Angie dan mencari keterangan terkait pihak lainnya yang terlibat.

"Sudah hal lumrah tersangka kasus korupsi tidak mengakui kesalahannya. Kerja KPK dalam membongkar kasus tersebut tentu tidak boleh terhenti jika tersangka tidak mengakuinya. Angelina, dalam pandangan saya, dua alat bukti sudah terpenuhi yaknis kesaksian rosa serta alat bukti petuntuk berupa BBM," terang Donald saat dihubungi Kompas.com Sabtu (4/2/2012).

Ia juga menyebut tak hanya istilah BlackBerry Messenger yang diciptakan Angie yang bisa dijadikan bukti, keterangan Yulianis, yang juga orang kepercayaan Nazaruddin, menurut Donald, cukup menguatkan keterlibatan Angelina dalam kasus itu. Yulianis dalam kesaksiannya di persidangan kasus ini di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Rabu (25/1/2012) mengungkapkan tenaga pemasar di perusahaan-perusahaan Nazaruddin biasa mendapatkan proyek pemerintah yang dibahas di DPR. Yulianis mengistilahkan upaya mendapatkan proyek pemerintah tersebut dengan istilah "menggiring proyek".

Untuk urusan menggiring proyek tersebut, menurut Yulianis, ada aliran dana dari Grup Permai kepada anggota DPR. Untuk menggiring proyek wisma atlet, misalnya, Grup Permai mengeluarkan hingga Rp 6 miliar yang antara lain diberikan kepada politikus Partai Demokrat, Angelina Sondakh, dan politikus PDI-P, I Wayan Koster. Angelina, dari pengakuan Yulianis, mendapat jatah Rp 2 miliar atau Rp 3 miliar.

"Ada banyak celah dari keterangan saksi dan petunjuk lain yang relevan terkait dengan kasus tersebut. Keterangan Yulianis juga bisa menjadi alat bukti," tegas Donald.

Siapa Berikutnya?

Siapa berikutnya setelah Angelina Sondakh?pertanyaan itu dilontarkan Donald Fariz. Menurutnya, itu pekerjaan rumah baru untuk Komisi Pemberantasan Korupsi. Keterlibatan aktor-aktor lainnya, kata dia, jangan dilupakan. Terutama nama-nama yang sempat terselip ketika Nazaruddin menyebar informasi baik di dalam persidangan, maupun saat pelariannya ke luar negeri tahun lalu. Dugaan keterlibatan anggota badan anggaran dalam kasus itu, kata dia, juga harus ditelusuri.

"Kita berharap KPK bisa membongkar keterlibatan semua aktor dan nama-nama yang disebut dalam persidangan. Termasuk juga dugaan keterlibatan Anas, peserta kader Demokrat lain dalam kasus tersebut," tutur Donald.

ICW juga mengingatkan Komisi Pemberantasan Korupsi agar fokus juga terhadap aset Nazaruddin maupun Angelina serta tersangka kasus suap Wisma Atlet lainnya yang diduga berasal dari praktek korupsi. Apalagi, berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Angelina yang diakses di Komisi Pemberantasan Korupsi terlihat bahwa harta anggota Badan Anggaran DPR itu melonjak hingga 10 kali lipat di tahun 2010. Adapun total harta Angelina yang dilaporkan ke KPK pada 2010 mencapai Rp 6,55 miliar ditambah 9.628 dollar AS. Tujuh tahun sebelumnya, harta Angelina hanya Rp 618 juta dan 7.500 dollar AS.

"Hal ini penting dilakukan untuk pengembalian kerugian keuangan negara (asset recoverry)," kata Donald. Kini istri dari (alm) Adjie Massaid itu harus babak baru dalam statusnya sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Seperti yang diungkapkannya di akun twitternya Jumat kemarin. "This is not THE END, Its just THE BEGINNING. Politics never fair play".

ICW berharap Angie tak menutup-nutupi kasus Wisma Atlet tersebut, melainkan dituntaskan hingga akarnya.

Sumber