Bau belerang dari letusan Gunung Merapi sampai Rabu (17/22/2010) ini dirasakan masih menyengat. Terlebih di daerah kawasan rawan bencana (KRB) III seperti di Desa Sidorejo dan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
"Desa Sidorejo dan Tegalmulya yang masuk daerah KRB III, sampai saat ini masih tertutup, karena jaraknya dari Merapi hanya sekitar empat sampai lima kilometer," kata Damto (20) salah seorang pemuda asal dukuh Butuh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten yang jaga di Posko Karang pintu jalan untuk akses masuk ke desa tersebut, Rabu.
"Zona aman Merapi sekarang memang di Klaten telah ditetapkan 10 kilometer, karena jarak dari dua desa ini ke Merapi hanya empat sampai lima kilometer maka warga disini sampai sekarang juga masih mengungsi," jelasnya.
Damto menjelaskan, memang ada yang keluar masuk desa, tetapi mereka itu hanya datang sekadar memberikan makan ternaknya dan setelah itu mereka kembali ke tempat pengungsian.
Warga di kedua desa itu mengungsi sejak merapi meletus, Selasa (26/10/2010) ke Posko Pengungsian Merapi di Dompol dan Keputran, dan Jumat (5/11/2010) pengungsian terus pindah lagi dengan jarak radius 20 kilometer dari Merapi yang tersebar di berbagai tempat, dan sampai sekarang belum pulang ke rumah masing-masing.
Menyinggung kerusakan akibat erupsi Merapi, Damto mengatakan untuk kerusakan rumah yang terkena awan panas atau tertimbul material volkanik tidak ada, kalau tanaman yang mati karena terguyur hujan abu cukup banyak.
"Kedua desa ini termasuk yang terletak paling atas maka hujan abunya yang jatuh juga cukup tebal dan akibatnya banyak tanaman sayuran mati dan pohon-pohon juga roboh, karena abu tersebut," katanya.
Untuk data yang ada di Kecamatan Kemalang bahwa jumlah penduduk di desa Tegalmulyo tercatat 2.156 jiwa dan Sidorejo 3.973 jiwa yang sekarang ini hampir semuanya mengungsi.
Jumlah ternak yang dimiliki warga di Desa Tegalmuyo 1.170 ekor sapi dan 575 ekor kambing dan di desa Sidorejo 271 ekor sapi dan 435 ekor kambing.